AMIL ZAKAT
AWAS AMIL ZAKAT PALSU
AMIL MENJUAL BERAS
PANITIA ZAKAT MENGAMBIL BAGIAN DARI ZAKAT
Mengacu hasil Keputusan Bahtsul Masail PWNU Jatim di PP Tremas November 2014
UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan PP No 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, maka dapat dipahami, bahwa Pengelola Zakat di Indonesia ada tiga:
1. BAZNAS (tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota).
2. LAZ (tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota). Semisal, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Lazisnu, Laz Sidogiri, dll.
3. Pengelola Zakat Perseorangan atau Kumpulan Perseorangan dalam Masyarakat semisal panitia "amil" yang dibentuk oleh masjid, organisasi, atau dibentuk oleh kepala desa, dsb.
Dari ketiga kategori ini yang disebut amil hanyalah yang pertama saja yakni BAZNAZ. Selain itu bukanlah amil.
Oleh karena No. 1 dan No. 2 tidak disebut amil, maka semua hukum yang berlaku bagi amil, tidak bisa diberlakukan kepada kedua golongan ini.
Jika amil statusnya wakil mustahiq (penerima zakat) yang mana zakat sudah dianggap sah setelah diserahkan kepada amil. Tugas amil menyalurkan zakat tersebut kepada pihak yang berhak menerima zakat. Dan ini tidak terbatas waktu.
Beda halnya dengan panitia zakat (yang bukan amil). Panitia ini hanyalah merupakan sekumpulan orang yang dengan sukarela membantu para muzakki menunaikan zakatnya. Oleh karena itu status panitia merupakan wakil muzakki. Dan zakat belum dianggap sah sebelum sampai kepada golongan yang berhak menerima zakat. Dan waktu menyerahkan kepada mustahiq ini terbatas waktu. Tidak boleh sampai melewati matahari terbenam tanggal 1 Syawal. Jika sampai melewati matahari terbenam tanggal 1 Syawal, maka hukumnya haram, namun tetap wajib disampaikan kepada pihak yang berhak menerima zakat, dan status zakatnya adalah qadha'.
Amil TIDAK BOLEH menjual beras zakat untuk kemudian diberikan kepada mustahiq berupa uang. Mengapa? Karena:
PERTAMA:
1. Amil merupakan wakil mustahiq, oleh karenanya beras itu sejatinya bukan miliknya. Sehingga tidak sah menjual beras yang bukan miliknya tanpa seijin pemilik.
2. Panitia zakat (yang bukan amil) merupakan wakil muzakki. Oleh karena itu zakat belum sah sebelum sampai kepada mustahiq. Menjual beras zakat dan menyampaikan hasil penjualannya berupa uang kepada mustahiq sangat berpengaruh terhadap keabsahan zakat tersebut. Sebab menurut madzhab Syafi'i dan Hambali zakat berupa uang tidak sah. Walaupun ada madzhab Maliki memperbolehkan zakat fitrah dengan uang, tetaplah penjualan beras tanpa ijin muzakki tidaklah sah.
KEDUA:
Beda halnya dengan panitia zakat (yang bukan amil). Panitia ini hanyalah merupakan sekumpulan orang yang dengan sukarela membantu para muzakki menunaikan zakatnya. Oleh karena itu status panitia merupakan wakil muzakki. Dan zakat belum dianggap sah sebelum sampai kepada golongan yang berhak menerima zakat. Dan waktu menyerahkan kepada mustahiq ini terbatas waktu. Tidak boleh sampai melewati matahari terbenam tanggal 1 Syawal. Jika sampai melewati matahari terbenam tanggal 1 Syawal, maka hukumnya haram, namun tetap wajib disampaikan kepada pihak yang berhak menerima zakat, dan status zakatnya adalah qadha'.
Amil TIDAK BOLEH menjual beras zakat untuk kemudian diberikan kepada mustahiq berupa uang. Mengapa? Karena:
PERTAMA:
1. Amil merupakan wakil mustahiq, oleh karenanya beras itu sejatinya bukan miliknya. Sehingga tidak sah menjual beras yang bukan miliknya tanpa seijin pemilik.
2. Panitia zakat (yang bukan amil) merupakan wakil muzakki. Oleh karena itu zakat belum sah sebelum sampai kepada mustahiq. Menjual beras zakat dan menyampaikan hasil penjualannya berupa uang kepada mustahiq sangat berpengaruh terhadap keabsahan zakat tersebut. Sebab menurut madzhab Syafi'i dan Hambali zakat berupa uang tidak sah. Walaupun ada madzhab Maliki memperbolehkan zakat fitrah dengan uang, tetaplah penjualan beras tanpa ijin muzakki tidaklah sah.
KEDUA:
Dengan menjual beras tersebut panitia telah hianat karena tidak menyampaikan amanah dari muzakki untuk menyampaikan zakat kepada mustahiq berupa beras.
KETIGA:
Jual belinya tidak sah sebab dia bukan pemilik beras.
Kesimpulannya: amil yang menjual beras hukumnya tidak sah dan wajib mengganti.
Pertanyaan berikutnya, jika panitia zakat statusnya bukan amil, bolehkah mereka menerima zakat?.Jawabannya sudah sangat jelas, mereka tidak boleh menerima zakat atas nama amil. Bahkan mereka tidak boleh mengambil sedikitpun dari zakat untuk biaya operasional zakat. Ini beda dengan amil.
Untuk panitia yang sudah terlanjur mengambil bagian dari zakat, sebaiknya ikut pendapat imam Subuki yang memperbolehkan:
Permasalahan yang tidak kalah pentingya ialah. Di sebagian daerah, panitia mengumpulkan zakat dan mengemasnya kembali dengan kemasan yang sama. Lalu dibagikan secara merata kepada masyarakat. Hal ini mengandung dua kesalahan.
1. Bisa saja beras zakat tersebut kembali lagi kepada orang yang berzakat. Maka akhirnya dia sama dengan tidak berzakat.
2. Tidak semua masyarakat itu berhak menerima zakat. Jika zakat tersebut diserahkan kepada yang tidak berhak menerima zakat, maka panitia wajib mengganti.
Lalu bagaimana pendistribusian zakat di daerah anda?
KETIGA:
Jual belinya tidak sah sebab dia bukan pemilik beras.
Kesimpulannya: amil yang menjual beras hukumnya tidak sah dan wajib mengganti.
المجموع شرح المهذب – (ج 6 / ص 175)
(فرع) قال اصحابنا لا يجوز للامام ولا للساعي بيع شئ من مال الزكاة من غير ضرورة بل يوصلها الي المستحقين بأعيانها لان اهل الزكاة أهل رشد لا ولاية عليهم فلم يجز بيع مالهم بغير اذنهم فان وقعت ضرورة بان وقف عليه بعض الماشية أو خاف هلاكه أو كان في الطريق خطر أو احتاج الي رد جبران أو إلى مؤنة النقل أو قبض بعض شاة وما أشبهه جاز البيع للضرورة كما سبق في آخر باب صدقة الغنم انه يجوز دفع القيمة في مواضع للضرورة ، قال اصحابنا ولو وجبت ناقة أو بقرة أو شاة واحدة فليس للمالك بيعها وتفرقة ثمنها علي الاصناف بلا خلاف بل يجمعهم ويدفعها إليهم وكذا حكم الامام عند الجمهور وخالفهم البغوي فقال ان رأى الامام ذلك فعله وان رأى البيع وتفرقة الثمن فعله والمذهب الاول * قال اصحابنا وإذا باع في الموضع الذى لا يجوز فيه البيع فالبيع باطل ويسترد المبيع فان تلف ضمنه والله اعلم
Pertanyaan berikutnya, jika panitia zakat statusnya bukan amil, bolehkah mereka menerima zakat?.Jawabannya sudah sangat jelas, mereka tidak boleh menerima zakat atas nama amil. Bahkan mereka tidak boleh mengambil sedikitpun dari zakat untuk biaya operasional zakat. Ini beda dengan amil.
Untuk panitia yang sudah terlanjur mengambil bagian dari zakat, sebaiknya ikut pendapat imam Subuki yang memperbolehkan:
موهبة ذي الفضل للشيخ محفوظ الترمسي ٤/١٣٠
(قوله والعاملون عليها ) اي الزكاة يعني من نصبه الامام فى اخذ العمالة من الزكوات فلو استاءجر من بيت المال اوجعل له جعلا لم ياءخذ من الزكاة قيل انما يجوز اعطاء العامل اذالم يوجد متطوع ومقتضاه ان من عمل متبرعا لا يستحق شياء على القاعدة وبه جزم ابن الرفعة لكن رده السبكى بان هذا فرضه الله تعالى لمن عمل كالغنيمة يستحقها المجاهد وان لم يقصد الا اعلاء كلمة الله تعالى فاذا عمل ان ياءخذ شياء استحقه واسقاطه بعد العمل لما ملكه به لايصح الا بنقل الملك من هبة ونحوها وليس كمن عمل عملا بقصد التبرع حتى يقال ان القاعدة انه لايستحق لان ذلك فيما يحتاج الى شرط من المخلوق وهذا من الله كالميراث والغنيمة.
Permasalahan yang tidak kalah pentingya ialah. Di sebagian daerah, panitia mengumpulkan zakat dan mengemasnya kembali dengan kemasan yang sama. Lalu dibagikan secara merata kepada masyarakat. Hal ini mengandung dua kesalahan.
1. Bisa saja beras zakat tersebut kembali lagi kepada orang yang berzakat. Maka akhirnya dia sama dengan tidak berzakat.
2. Tidak semua masyarakat itu berhak menerima zakat. Jika zakat tersebut diserahkan kepada yang tidak berhak menerima zakat, maka panitia wajib mengganti.
Lalu bagaimana pendistribusian zakat di daerah anda?
Komentar
Posting Komentar