Uang Kertas Kaitannya dengan Zakat dan Jual Beli Uang


DISKRIPSI MASALAH

Status uang kertas dalam fikih Islam dari dulu hingga sekarang selalu menjadi perdebatan yang tidak ada habisnya. Ada yang menganggap uang kertas sebagai kertas biasa yang tidak memiliki nilai apa-apa kecuali hanya nilai kertasnya, ada yang menganggap uang kertas seperti emas atau perak, dan ada lagi yang beranggapan memiliki uang kertas, maka sama seperti memiliki emas yang tersimpan di bank pemerintah.
Polemik ini menimbulkan pertanyaan yang biasanya juga menjadi perdebatan.

Pertanyaan :

1. Bagi orang yang memiliki simpanan uang kertas wajibkah dizakati apabila telah mencapai nishob emas-perak ?

Abstraksi

Dalam karya-karya fiqih klasik disebutkan bahwa zakat dikenakan pada emas dan perak dalam fungsinya sebagai alat tukar. Emas dan perak yang tidak digunakan sebagai alat tukar, seperti untuk perhiasan, tidak dikenai zakat,

Dan saat ini nyaris tidak ada satu negarapun yang menggunakan emas dan perak sebagai alat tukar. Kini fungsi emas dan perak sebagai alat tukar telah digantikan kertas yang secara intrinsik tidak bernilai,

Lalu, apakah uang kertas bisa diperlakukan sama dengan emas dan perak dengan mempertimbangkan bahwa uang tersebut dapat digunakan dan diakui sebagai alat tukar sehingga pada uang kertas tsb di kenai zakat atau sebaliknya ?

Jawaban

Berkenaan dg uang kertas yang meliputi semua mata uang selain emas dan perak , apakah di kenai zakat atau tidak ? Ulama' muta'akh khirin terdapat khilaf ,

Menurut syekh Salim bin Sumair , Habib Abdulloh bin Semith , Syekh Muhammad Al Albabi , Habib Abdulloh Bin Abibakar , Sayyid Abdulloh bin umar bin Yahya : Uang kertas itu tidak wajib di zakati.

Sedangkan dari kalangan ulama' yg mensetarakan uang kertas dengan Emas dan wajib di zakati adalah : Syaikh Achmad Khotib Al minangkabawi dan Syaikh Al qordlowi dan yg lainnya.

Begitupun terkait Jual beli uang rupiah masih terdapat hilaf juga di antara ulama' mutaakh khirin .

Ada yang mengatakan batal secara muthlaq bila yang di pandang bukan Nilai uang kertas itu sendiri melainkan ada nilai lain yg di maksud seperti nilai emas dll .

Dan sah jika yg di pandang adalah Dzatiahnya uang kertas itu sendiri .

Dengan demikian, hukum jual beli mata uang rupiah dengan rupiah sangat di pengaruhi oleh tujuan orang yang bertransaksi terhadap uang itu sendiri.

Referensi

الترمسي ٢٠٩/٥ - ٢١٠
واختلف المتأخرون في الورقة المعروفة بالنوط فعند الشيخ سالم بن سمير والحبيب عبد الله بن سميط : أنها من قبيل الديون ، نظرا إلى ما تضمنته الورقة المذكورة من النقود المتعامل بها ، وعند الشيخ محمد الألبابي والحبيب عبد الله بن أبي بكر : أنها كالفلوس المضروبة ، والتعامل بها صحيح عند الكل ، وتجب زكاة التجارة عند الأولين زكاة عين وتجب زكاة التجارة عند الأخرين في أعيانها إذا قصد بها التجارة

وأما أعيان الأوراق التي لم تقصد بها التجارة فلا زكاة بها باتفاق. 

وجمع شيخنا رحمه الله بين كلامهم ، فقال بعد نقل افتاءاتهم ما ملخصه : إن الأوراق المذكورة لها جهتان

الاولى : جهة ما تضمنته من النقدين . الثانية : جهة أعيان .

فإن قصدت المعاملة بما تضمنته ففيها تفصيل : الى ان قال .... فإن بيعت الأوراق بمثلها متماثلا أو متفا وتا .. كان من قبيل الدين وهو باطل. 

وإذا قصدت المعاملة بأعيانها ...كانت كالفلوس المضروبة ، فيصح البيع بها وبيع بعضها ببعض ، لأنها منتفع بها وذات قيمة كالنحاس المضروب ، وتصير عرض تجارة بنيتها ، وتجب زكاة التجارة فيها.

وحاصل هذا الجمع : أنا نعتبر قصد المتعاملين ، فإما ان يقصد ما تضمنته الأوراق ، وإما ان يقصد بأعيانها ، ويترتب على كل أحكام غير أحكام الآخر . قال : وترجيح الجهة الاولى هو الاولى .

الياقوت النفيس ٢٦٣
وأما الأوراق المالية والبنكنوت ..فقد تكلم العلماء فيها وألفوا فيها كتبا . والسيد عبد الله بن عمر بن يحيى جعل هذه الأوراق مثل النحاس ، وان لا زكاة فيها لكن من العلماء من رد عليه ، ومنهم المننكباوي وهو عالم جاوي ..وقالوا له إن هذه الأوراق تعتبر نقدا ، وممن تكلم في هذا الموضوع وأجاد الشيخ القرضاوي في كتابه " فقه الزكاة " وأتى بأدلة قوية بأن لها قوة الذهب والفضة

HILAF DALAM KONTEKS LINTAS MADZHAB

Uang kertas dalam perspektif Ulama' kontemporer dari lintas Madzhab : wajib di zakati, kecuali menurut ulama' dari Hanabilah

Inilah pandangan selengkapnya dari masing - masing Madzhab :

ULAMA SYAFI’IYYAH AL MU'AASHIROH
berpendapat bahwa bertransaksi menggunakan uang kertas termasuk kategori transaksi pengalihan hutang (hiwalah) kepada bank sejumlah nilai nominal uang tersebut. Karenanya, memiliki uang tersebut sama dengan memiliki piutang atas bank. Dan bank sebagai debitor (madin : alias yang di beri hutangan) termasuk kategori mampu, mengakui dan siap membayar hutangnya seketika. Dan jika debitor termasuk kategori tersebut diatas, maka piutang (dalam hal ini dibuktikan dengan kepemilikan uang kertas) harus dizakati seketika. Tidak adanya ijab-qabul secara verbal dalam akad pengalihan hutang tidak membatalkan akad pengalihan hutang itu sendiri, ketika hal yang demikian sudah umum berlaku. Disamping itu sebagian ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ijab-qabul adalah segala bentuk tindakan atau ucapan yang dapat mengindikasikan kerelaan masing masing pihak yang bertransaksi. Dan dalam kasus ini kerelaan yang dimaksudkan sudah terwujud.

ULAMA HANFIYAH berpendapat bahwa surat berharga (banknote) termasuk piutang potensial (ad-dain al-qowy) kecuali bahwa ia dapat ditukar seketika dengan perak. Oleh karena itu surat berharga wajib dikenai zakat.

ULAMA MALIKIYAH berpendapat bahwa surat berharga, meskipun hanya berupa bukti pengakuan hutang, namun ia dapat ditukar dengan perak seketika dan dapat berfungsi seperti emas dalam traksaksi. Oleh karena itu surat berharga harus dizakati seketika.

Sedangkan uang Fulus menurut Qoul Al Madzhab dalam Malikiyyah tidak wajib di zakati

ULAMA’ HANABILAH berpendapat bahwa uang kertas tidak dikenai zakat kecuali jika ia telah dicairkan menjadi emas atau perak dan telah memenuhi syarat kewajiban zakat.

Referensi

الفقه على المذاهب الاربعة ٥٤٩ -٥٥٠/ ١
زكاة الأوراق المالية "البنكنوت"
جمهور الفقهاء يرون وجوب الزكاة في الأوراق المالية، لأنها حلت محل الذهب والفضة في التعامل، ويمكن صرفها بالفضة بدون عسر، فليس من المعقول أن يكون لدى الناس ثروة من الأوراق المالية، ويمكنهم صرف نصاب الزكاة منها بالفضة، ولا يخرجون منها زكاة؛ ولذا أجمع فقهاء ثلاثة من الأئمة على وجوب الزكاة فيها؛ وخالف الحنابلة فقط، فانظر تفصيل آراء المذاهب تحت الخط (¬1) .
______

الشافعية قالوا: الورق النقدي وهو المسمى - بالبنكنوت - التعامل به من قبيل الحوالة على البنك بقيمته، فيملك قيمته دينا على البنك، والبنك مدين مليء، مقر، مستعد للدفع حاضر، ومتى كان المدين بهذه الأوصاف وجبت زكاة الدين في الحال؛ وعدم الإيجاب والقبول اللفظيين في الحوالة لا يبطلها، حيث جرى العرف بذلك، على أن بعض أئمة الشافعية قال: المراد بالإيجاب والقول كل ما يشعر بالرضا من قول أو فعل، والرضا هنا متحقق.

الحنفية قالوا: الأوراق المالية - البنكنوت - من قبيل الدين القوي، إلا أنها يمكن صرفها فضة فورا، فتجب فيها الزكاة فورا.

المالكية قالوا: أوراق البنكنوت وإن كانت سندات دين إلا أنها يمكن صرفها فضة فورا، وتقوم مقام الذهب في التعامل، فتجب فيها الزكاة بشروطها.

الحنابلة قالوا: لا تجب زكاة الورق النقدي إلا إذا صرف ذهبا أو فضة ووجدت فيه شروط الزكاة السابقة

Maliki

قرة العين بفتاوى علماء الحرمين ٣٤٥/١
، فعلم أن الورق الذي جرى به التعامل اليوم، المسمى بالنوط إنما يعطى حكم الدراهم والدنانير في باب الصرف والربا بنوعيه، وأما في الزكاة فلا يعطى حكمهما، بل إنما يعطى حكم العروض؛ فيجري فيه حكم الزكاة على حسب الاحتكار والإدارة الموضح في كتب الفقه

الموسوعة الكويتية ٢٠٥/٣٢
والمذهب عند المالكية أنه لا زكاة في الفلوس النحاسية فلا تجب الزكاة في عينها لخروجها عما وجبت الزكاة في عينه من النعم والأصناف المخصوصة من الحبوب والثمار والذهب والفضة ، فمن كانت عنده فلوس قيمتها مائتا درهم فلا زكاة عليه فيها، إلا أن يكون مديرا (متاجرا بها) فيقومها كالعروض، أما المحتكر فعليه زكاة ثمنها، وحين تكون الفلوس للتجارة ثم أقامت - أي بقيت - عند مالكها سنين ثم باعها بذهب أو فضة فليس فيها إلا زكاة سنة واحدة كسائر عروض التجارة المحتكرة. (1)

2. Apakah tukar uang ketika menjelang hari raya (uang recehan 100 ribu dibeli 110 ribu) termasuk praktik riba ?

Apa solusinya ?

Jawaban

HILAF : ada ulama yg mengklasifikasikan mata uang Kertas atau logam kedalam mata uang emas & perak, Ada pula ulama yg meng klasifikasikan-nya kedalam URUUDL (bukan emas & perak) .

berikut uraian selengkapnya

Ada 3 perspektif terkait status Ribawi pada mata uang selain emas & Perak

1. Menurut Qoul Ashoh dalam Syafi'iyyah dan Qoul Shohih dari kalangan Hanabilah dan Qoulu Syaihoini dalam Hanafiyah dan sebagian Qoul dalam Malikiyah, menyatakan bahwa : Uang Fulus / logam bukan termasuk jenis mata uang ribawi dan statusnya sama seperti Urudl (bukan emas- perak) sehingga boleh menjual uang rupiah dengan rupiah tanpa harus mengikuti persaratan dalam jual beli emas dan perak.

2. Menurut pendapat syekh Muhammad dalam madzhab Hanafi dan sebagian Qoul dalam Malikiyah dan Muqobil Al Ashoh dalam Syafi'iyyah serta Muqobil Al Shohih dari Hanabilah menyatakan bahwa : Uang Fulus / logam termasuk jenis mata uang ribawi dan statusnya sama seperti NUQUUD ( Uang emas perak )

3. Uang Fulus di posisikan antara Emas dan Urudl, Pendapat ini datang dari sebagian ulama malikyah, Artinya uang fulus di samakan dengan Uang emas - perak dalam hal riba dan dalam hal penukaran mata uang, dan di samakan dengan Urudl dalam hal lainnya.

Referensi

نهاية المطلب ٢١/٦
ومما يتعلق بهذا الفصل أن الفلوس إذا جرت في بعض البلاد وراجت رواج النقود، فقد ذهب شرذمة من الأصحاب إلى أنها تلتحق بالنقود في الأحكام. ومنهم من قال: ليس لها حكم النقود، وإنما هي كالأعواض الرائجة، وإن كسدت، فهي كالأعواض الكاسدة.

المجموع ٣٩٥/٩
(فرع) إذا راجت الفلوس رواج النقود لم يحرم الربا فيها هذا هو الصحيح المنصوص وبه قطع المصنف والجمهور وفيه وجه شاذ أنه يحرم حكاه الخراسانيون

[ابن حجر الهيتمي، تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي، ٢٧٩/٤]
وَعِلَّةُ الرِّبَا فِيهِ جَوْهَرِيَّةُ الثَّمَنِ فَلَا رِبَا فِي الْفُلُوسِ وَإِنْ رَاجَتْ (بِالنَّقْدِ كَطَعَامٍ بِطَعَامٍ) (قَوْلُهُ: وَإِنْ رَاجَتْ) أَيْ فَيَجُوزُ بَيْعُ بَعْضِهَا بِبَعْضٍ مُتَفَاضِلًا اهـ ع ش

البجيرمي على الخطيب = تحفة الحبيب على شرح الخطيب، ٢١/٣-٢٢] 
وَعِلَّةُ الرِّبَا فِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ جِنْسِيَّةُ الْأَثْمَانِ غَالِبًا كَمَا صَحَّحَهُ فِي الْمَجْمُوعِ وَيُعَبَّرُ عَنْهُ أَيْضًا بِجَوْهَرِيَّةِ الْأَثْمَانِ غَالِبًا وَهُوَ مُنْتَفِيَةٌ عَنْ الْفُلُوسِ وَغَيْرِهَا مِنْ سَائِرِ الْعُرُوضِ. وَاحْتُرِزَ بِغَالِبًا عَنْ الْفُلُوسِإذَا رَاجَتْ فَإِنَّهُ لَا رِبَا فِيهَا كَمَا مَرَّ،

الموسوعة ٢٠٥/٣٢
ربوية الفلوس:
5 - اتجه الفقهاء في ربوية الفلوس الرائجة اتجاهات ثلاثة:
الاتجاه الأول: الأصح عند الشافعية، والصحيح عند الحنابلة، وهو قول الشيخين من الحنفية، وقول عند المالكية: أنها ليست أثمانا ربوية وأنها كالعروض.

والاتجاه الثاني: قول محمد من الحنفية، وقول عند المالكية، ومقابل الأصح عند الشافعية، ومقابل الصحيح عند الحنابلة: أنها ربوية وهي كالنقود.

الاتجاه الثالث: وهو قول للمالكية: أنها وسط بين العروض والنقود، فهي كالنقد في نحو الصرف والربا، وهي كالعروض في غير ذلك، وعلى هذا الاتجاه يكره التفاضل عند بيع الفلوس بجنسها متفاضلا من غير تحريم، والكراهة تنزيهية عن الربا وتستحب شروط الصرف.

Komentar

Postingan Populer