Nikah dalam masa iddah

DISKRIPSI NYATA

Ada sepasang suami istri, si istri merantau ke luar negeri jadi TKI. dan kontraknya tiga tahun. pada awal tahun ke tiga hubungan rumah tangga keduanya tidak harmonis. Singkat cerita: (istri) kontrak jadi TKI selesai pulang kampung. Dan mengurus surat cerai di pengadilan. walhasil pertengahan desember 2019 surat resmi perceraian keduanya di keluarkan oleh pengadilan. Pertengahan bulan januari 2020 ia di ketahui hamil (di medical) oleh laki2 lain di luar nikah. Dan laki-laki tsb setelah di ketahui dan ia mengakuinya, siap bertanggung jawab/menikahinya, akan tetapi orang tua perempuan meminta secepatnya dalam menikahi putrinya, dan ia sudah menentukan tgl 22 januari 2020, dengan alasan kalau terlalu lama (nunggu 'iddah) hawatir si laki2 ini lari dari tanggung jawab, juga hawatir kalau di usir warga.

PERTANYAAN

Bagaimana solusi terbaik atas permintaan orang tua dari wanita tersebut ?

Sa'il : Kasyiful aqli

Jawaban

Dalam kasus diatas tidak ada solusi untuk bolehnya mempercepat pelaksanakan akad nikah, kecuali menunggu selesainya masa iddah, karena andaikan proses cerai melalui PA sudah sesuai menurut syara' maka akad nikah yang akan dilangsungkan akan terjadi dalam masa iddah (hukum nikahnya tidak sah secara ijma').

Dan apabila putusan PA tidak sesuai syara' maka wanita tsb masih berstatus istri orang (juga tidak bisa di nikahi orang lain secara ijma')

Walhasil tidak ada cara /solusi bolehnya mempercepat akad nikah dengan lelaki yang menghamilinya kecuali menunggu habisnya masa iddah

الموسوعة الفقهية الكويتية، ٣٤٦/٢٩

عَقْدُ الأَْجْنَبِيِّ عَلَى الْمُعْتَدَّةِ:

53 - اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى أَنَّهُ لاَ يَجُوزُ لِلأَْجْنَبِيِّ نِكَاحُ الْمُعْتَدَّةِ أَيًّا كَانَتْ عِدَّتُهَا مِنْ طَلاَقٍ أَوْ مَوْتٍ أَوْ فَسْخٍ أَوْ شُبْهَةٍ، وَسَوَاءٌ أَكَانَ الطَّلاَقُ رَجْعِيًّا أَمْ بَائِنًا بَيْنُونَةً صُغْرَى أَوْ كُبْرَى . وَذَلِكَ لِحِفْظِ الأَْنْسَابِ وَصَوْنِهَا مِنَ الاِخْتِلاَطِ وَمُرَاعَاةً لِحَقِّ الزَّوْجِ الأَْوَّل، فَإِنْ عَقَدَ النِّكَاحَ عَلَى الْمُعْتَدَّةِ فِي عِدَّتِهَا فُرِّقَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ مَنْ عَقَدَ عَلَيْهَا، وَاسْتَدَلُّوا بِقَوْلِهِ تَعَالَى {وَلاَ تَعْزِمُوا عُقْدَةَ النِّكَاحِ حَتَّى يَبْلُغَ الْكِتَابُ أَجَلَهُ} وَالْمُرَادُ تَمَامُ الْعِدَّةِ، وَالْمَعْنَى: لاَ تَعْزِمُوا عَلَى عُقْدَةِ النِّكَاحِ فِي زَمَانِ الْعِدَّةِ، أَوْ لاَ تَعْقِدُوا عُقْدَةَ النِّكَاحِ حَتَّى يَنْقَضِيَ مَا كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهَا مِنَ الْعِدَّةِ .

الموسوعة الفقهية الكويتية، ٣٠٢/٤١

وَاتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى أَنَّهُ يُشْتَرَطُ أَنْ يَكُونَ كُلٌّ مِنَ الزَّوْجَيْنِ حِلًّا لِلآْخَرِ، وَأَنْ لاَ يَقُومَ بِوَاحِدٍ مِنْهُمَا مَانِعٌ مِنْ مَوَانِعِ النِّكَاحِ. فَلاَ يَصِحُّ نِكَاحُ مُحَرَّمَةٍ عَلَيْهِ بِنَسَبٍ أَوْ رَضَاعٍ أَوْ مُصَاهَرَةٍ، وَلاَ نِكَاحُ مَجُوسِيَّةٍ، أَوْ وَثَنِيَّةٍ أَوْ مُرْتَدَّةٍ، أَوْ مُلاَعِنَتِهِ، وَلاَ نِكَاحُ ذَاتِ زَوْجٍ، وَلاَ مُطَلَّقَتِهِ ثَلاَثًا، وَلاَ الْمُعْتَدَّةِ مِنْ غَيْرِهِ، وَلاَ نِكَاحُ مَنْ تَحْرُمُ جَمْعُهَا مَعَ زَوْجٍ لَهُ.

Facebook

Twitter

Google

Linkedin