BURUNG YANG LEPAS DAN PENEMU MEMINTA TEBUSAN
Soal ke 54
Ngapunten badhe tanglet.
Diskripsi masalah
Pak Jono adalah seorang penggemar burung, berbagai macam jenis burung ia pelihara dan ia mempunyai seekor burung yang sangat disukai, karena disamping kicauannya yang enak didengar harganyapun sangat mahal. Tapi suatu ketika burung kesayangannya lepas kealam liar. Ia merasa sangat sedih. Tapi ditengah kesedihannya ia mendengar kabar burungnya yang lepas telah tertangkap oleh seorang tetangga desanya, sipenangkap burung tadi mau mengembalikan asal pak Jono bersedia menebusnya dengan uang yang ditentukan oleh sipenangkap tadi, apabila tidak bersedia maka burung tadi diambil dan dimiliki sipenangkap karena ia beranggapan bahwa burung peliharaan yang lepas maka menjadi liar dan bisa dimiliki oleh siapa saja.
Pertanyaan
1. Bagaimana hukum penangkap tadi meminta uang tebusan yang ditentukan ( narget ) ?
2. Bisa dibenarkankah anggapan sipenangkap tadi ?
Sekian, terimakasih
Sa'il : Abdul Malik, Winongan Pas.
Jawaban
a. Bagi sipenangkap burung yg terlepas dari pemiliknya tidak di perbolehkan meminta imbalan sejumlah uang (tebusan) pada si pemilik burung dalam hal ini pak jono, karena sebenarnya :
" Burung yang sudah dimiliki seseorang status kepemilikannya tidak bisa hilang ketika lepas, sehingga siapapun yang mengambilnya harus mengembalikan pada pemiliknya bila diketahui, dan apabila tidak di ketahui pemiliknya maka burung tsb masuk dalam kategori luqothoh, dan baru bisa di miliki oleh si penemu setelah melaksanakan tahapan-tahapan kewajiban yang berlaku dalam bab luqothoh".
b. Anggapan tersebut tidak di benarkan karena alasan di atas tersebut.
Referensi
Ngapunten badhe tanglet.
Diskripsi masalah
Pak Jono adalah seorang penggemar burung, berbagai macam jenis burung ia pelihara dan ia mempunyai seekor burung yang sangat disukai, karena disamping kicauannya yang enak didengar harganyapun sangat mahal. Tapi suatu ketika burung kesayangannya lepas kealam liar. Ia merasa sangat sedih. Tapi ditengah kesedihannya ia mendengar kabar burungnya yang lepas telah tertangkap oleh seorang tetangga desanya, sipenangkap burung tadi mau mengembalikan asal pak Jono bersedia menebusnya dengan uang yang ditentukan oleh sipenangkap tadi, apabila tidak bersedia maka burung tadi diambil dan dimiliki sipenangkap karena ia beranggapan bahwa burung peliharaan yang lepas maka menjadi liar dan bisa dimiliki oleh siapa saja.
Pertanyaan
1. Bagaimana hukum penangkap tadi meminta uang tebusan yang ditentukan ( narget ) ?
2. Bisa dibenarkankah anggapan sipenangkap tadi ?
Sekian, terimakasih
Sa'il : Abdul Malik, Winongan Pas.
Jawaban
a. Bagi sipenangkap burung yg terlepas dari pemiliknya tidak di perbolehkan meminta imbalan sejumlah uang (tebusan) pada si pemilik burung dalam hal ini pak jono, karena sebenarnya :
" Burung yang sudah dimiliki seseorang status kepemilikannya tidak bisa hilang ketika lepas, sehingga siapapun yang mengambilnya harus mengembalikan pada pemiliknya bila diketahui, dan apabila tidak di ketahui pemiliknya maka burung tsb masuk dalam kategori luqothoh, dan baru bisa di miliki oleh si penemu setelah melaksanakan tahapan-tahapan kewajiban yang berlaku dalam bab luqothoh".
b. Anggapan tersebut tidak di benarkan karena alasan di atas tersebut.
Referensi
[الخطيب الشربيني، مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج، ١١٥/٦]
(يَمْلِكُ) الصَّائِدُ (الصَّيْدَ) غَيْرَ الْحَرَمِيِّ مُمْتَنِعًا كَانَ أَمْ لَا، إنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ أَثَرُ مِلْكٍ كَخَضْبٍ، وَقَصِّ جَنَاحٍ، وَقُرْطٍ وَصَائِدُهُ غَيْرُ مُحْرِمٍ وَغَيْرُ مُرْتَدٍّ (بِضَبْطِهِ بِيَدِهِ) وَإِنْ لَمْ يَقْصِدْ تَمَلُّكَهُ، حَتَّى لَوْ أَخَذَ صَيْدًا لِيَنْظُرَ إلَيْهِ مَلَكَهُ؛ لِأَنَّهُ مُبَاحٌ فَيُمْلَكُ بِوَضْعِ الْيَدِ عَلَيْهِ كَسَائِرِ الْمُبَاحَاتِ. نَعَمْ إنْ قَصَدَ أَخْذَهُ لِغَيْرِهِ نِيَابَةً عَنْهُ بِإِذْنِهِ مَلَكَهُ ذَلِكَ الْغَيْرُ عَلَى الْأَصَحِّ، وَإِنْ كَانَ بِهِ أَثَرُ مِلْكٍ مِنْ ذَلِكَ لَمْ يَمْلِكْهُ، بَلْ هُوَ ضَالَّةٌ أَوْ لُقَطَةٌ.
[الخطيب الشربيني، مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج، ١١٧/٦]
(وَمَتَى مَلَكَهُ) أَيْ الصَّيْدَ (لَمْ يَزُلْ مِلْكُهُ) عَنْهُ (بِانْفِلَاتِهِ) فَمَنْ أَخَذَهُ لَزِمَهُ رَدُّهُ سَوَاءٌ أَكَانَ يَدُورُ فِي الْبَلَدِ أَمْ الْتَحَقَ بِالْوُحُوشِ فِي الْبَرِّيَّةِ كَمَا لَوْ أَبَقَ الْعَبْدُ أَوْ شَرَدَتْ الْبَهِيمَةُ، وَيُسْتَثْنَى مِنْ ذَلِكَ مَا لَوْ انْفَلَتَ بِقَطْعِهِ مَا نُصِبَ لَهُ، فَإِنَّهُ يَعُودُ مُبَاحًا وَيَمْلِكُهُ مَنْ يَصْطَادُهُ كَمَا مَرَّتْ الْإِشَارَةُ إلَيْهِ (وَكَذَا) لَا يَزُولُ مِلْكُهُ (بِإِرْسَالِ الْمَالِكِ لَهُ فِي الْأَصَحِّ) ؛ لِأَنَّ رَفْعَ الْيَدِ عَنْهُ لَا يَقْتَضِي زَوَالَ الْمِلْكِ عَنْهُ كَمَا لَوْ سَيَّبَ بَهِيمَتَهُ فَلَيْسَ لِغَيْرِهِ أَنْ يَصِيدَهُ إذَا عَرَفَهُ. وَالثَّانِي يَزُولُ وَيَجُوزُ اصْطِيَادُهُ كَمَا بَحَثَهُ ابْنُ الرِّفْعَةِ فِي الْمَطْلَبِ. وَالثَّالِثُ إنْ قَصَدَ بِإِرْسَالِهِ التَّقَرُّبَ إلَى اللَّهِ زَالَ مِلْكُهُ، وَإِلَّا فَلَا.
تَنْبِيهٌ: مَحِلُّ الْخِلَافِ فِي مَالِكٍ مُطْلَقِ التَّصَرُّفِ. أَمَّا الصَّبِيُّ وَالْمَجْنُونُ وَالْمَحْجُورُ عَلَيْهِ بِسَفَهٍ أَوْ فَلَسٍ، وَالْمُكَاتَبُ الَّذِي لَمْ يَأْذَنْ لَهُ سَيِّدُهُ فَلَا يَزُولُ مِلْكُهُ عَنْهُ قَطْعًا،
[الخطيب الشربيني، مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج، ١٧٨/٣]
«لَا يَحِلُّ لِامْرِئٍ مِنْ مَالِ أَخِيهِ إلَّا مَا أَعْطَاهُ عَنْ طِيبِ نَفْسٍ» رَوَاهُ الْحَاكِمُ بِإِسْنَادٍ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ فِي مُعْظَمِهِ،
[ابن حجر الهيتمي، الفتاوى الفقهية الكبرى، ١١٩/٤]
(وَسُئِلَ) فِيمَا إذَا نَشَزَتْ الْمَرْأَةُ إلَى بَيْتِ أَهْلِهَا وَامْتَنَعَتْ مِنْ الرُّجُوعِ إلَّا أَنْ يُعْطِيَهَا شَيْئًا مَعْلُومًا فَأَعْطَاهَا هَلْ تَمْلِكُهُ أَمْ لَا؟
(فَأَجَابَ) بِأَنَّهَا لَا تَمْلِكُهُ لِأَنَّهَا أَخَذَتْهُ عَلَى وَجْهِ الْعُدْوَانِ وَالظُّلْمِ فَهُوَ كَالرِّشْوَةِ إذَا أَخَذَهَا الْقَاضِي وَكَحُلْوَانِ الْكَاهِنِ وَجَائِزَةِ الشَّاعِرِ وَكُلُّ هَؤُلَاءِ لَا يَمْلِكُونَ مَا أُعْطُوهُ لِأَنَّهُمْ لَمْ يُعْطَوْهُ عَنْ طِيبِ نَفْسٍ بِوَجْهٍ جَائِزٍ نَعَمْ لَا يَبْعُدُ أَنْ يُقَالَ إنْ نَوَى الزَّوْجُ الْإِهْدَاءَ إلَيْهَا مُبَالَغَةً فِي تَطْيِيبِ خَاطِرِهَا لِأَجْلِ رَدِّهَا إلَى مَنْزِلِ طَاعَتِهِ مَلَكَتْهُ وَإِنْ كَانَتْ عَاصِيَةً لِأَنَّهُ لَمْ يُعْطِهَا حِينَئِذٍ فِي مُقَابَلَةِ الْفِعْلِ الْمُحَرَّمِ بَلْ تَجَاوَزَهُ عَنْهَا فِيمَا عَصَتْ بِهِ وَقَصَدَ تَطْيِيبَ خَاطِرِهَا بِبَذْلِ شَيْءٍ مِنْ عِنْدِهِ هَدِيَّةً لَهَا فَتَمْلِكهُ حِينَئِذٍ اللَّهُمَّ إلَّا أَنْ يَتَيَقَّنَ أَنَّهَا لَا تَعُودُ إلَيْهِ إلَّا بِمَالٍ وَأَنَّهُ لَا يُمْكِنُهُ رَدُّهَا بِغَيْرِ مَالٍ فَحِينَئِذٍ قَصْدُهُ الْهَدِيَّةَ لَا يَرْفَعُ كَوْنَهَا وَقَعَتْ فِي مُقَابَلَةِ الْفِعْلِ الْمُحَرَّمِ وَعِنْد وُقُوعِهَا فِي مُقَابَلَتِهِ يَبْعُدُ أَنْ تَمْلِكَهُ إلَّا أَنْ يُقَالَ أَنَّ الْحَقَّ لَهُ وَقَدْ أَسْقَطَهُ بِقَصْدِهِ الْإِهْدَاءَ إلَيْهَا مَعَ ذَلِكَ وَأَنَّهُ لَمْ يَدْفَعْهُ إلَيْهَا فِي مُقَابَلَةِ الْفِعْلِ الْمُحَرَّمِ فَتَمْلِكُهُ حِينَئِذٍ فِيمَا يَظْهَرُ.
Komentar
Posting Komentar