Problematika Kata Ru'yat

Rasulullah SAW bersabda :

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ يَوْمًا

“Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya. Bila penglihatan kalian tertutup mendung maka sempurnakanlah bilangan (bulan Sya’ban) menjadi tiga puluh hari.” Dari hadits tersebut perbedaan memahaminya menjadi lebih spesifik kepada satu kalimat li ru’yatihi– karena melihat hilal. Sebagian kaum Muslim memahami kalimat itu sebagai melihat hilal secara langsung dengan mata kepala sebagaimana dipegangi oleh warga Nahdliyin dan sebagian lagi memahaminya sebagai melihat hilal cukup dengan hitungan atau hisab sebagaimana diamalkan oleh warga Muhamadiyah.
....

Kata ru’yah berasal dari kata ra’â – yarâ. Ra’â adalah kata kerja lampau atau fi’il madly, sedangkan yarâ kata kerja yang menunjukkan waktu sekarang dan atau akan datang atau dalam bahasa Arab biasa disebut fi’il mudlori’. Kata kerja ra’â – yarâ ini dalam bentuk masdarnya berubah menjadi dua kata yaitu ru’yatan atau ru’yah dan ra’yan atau ra’yun. Bila dalam bentuk kata kerja kata ra’â – yarâ berarti melihat, maka dalam bentuk masdar masing-masing memiliki arti “melihat” dengan klasifikasi tertentu. Ru’yah itu melihat dengan mata kepala. Sedangkan ra’yun melihat dengan ilmu, dengan pikiran (Lihat Ibnu Mandhur, Lisânul ‘Arab [Kairo: Darul Ma’arif, tt], jilid 3, hal. 1537). Maka orang Arab kalau ingin bertanya “apa pendapat anda?”, ia akan berkata “mâ ra’yuka?” bukan “mâ ru’yatuka?”. Karena yang namanya pendapat itu adalah melihat dengan ilmu atau pemikiran, bukan dengan mata kepala, maka digunakan “ra’yu” bukan “ru’yah”.
....

Nah, dalam hadits itu Rasulullah menggunakan kata ru’yah, maknanya berpuasalah kalian karena melihat hilal dengan mata kepala. Bukan dengan ra’yun, dengan ilmu, dengan pikiran, dengan hitung-hitungan. Bukan! Kalau Rasulullah berseru shûmû li ra’yihi, baru bisa dimaknai melihat hilal cukup dengan ilmu, tak harus dengan melihat menggunakan mata kepala.

....

https://islam.nu.or.id/syariah/memahami-dalil-rukyat-hilal-melalui-bahasa-b1kqI


Komentar

Postingan Populer